Rabu, 29 Oktober 2014

KERAJAAN DEMAK

Demak adalah kesultanan atau kerajaan islam pertama di pulau jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478, Raden patah adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara, Demak. Pamor kesultanan ini didapatkan dari Walisanga, yang terdiri atas sembila orang ulama besar, pendakwah islam paling awal di pulau jawa.
 

Raja-raja Kerajaan Demak
  1. Raden Patah (1500-1518 M)
Raden Patah ialah seorang putra Brawijaya dari ibunya putri Cina.Ketika Raden Patah masih dalam kandungan, ibunya oleh Brawijaya dititipkan kepada gubernur di Palembang.Menurut babat tanah jawa Raden Patah adalah anak Brawijaya yang terakhir.Menurut Kronik Cina dari kuil Sam Po Kong, nama panggilan waktu Raden Patah masih muda adalah Jin Bun, putra Kung-ta-bu-mi (alias Bhre Kertabhumi) atau disebut juga prabu Brawijaya V dari selir Cina.
Pertama kali Raden Patah ke Jawa menjadi santri Sunan Ampel.Raden Patah tetap tinggal di Ngampel Denta, kemudian diangkat sebagai menantu Sunan Ngampel, dikawinkan dengan cucu perempuan, anak sulung Nyai Gede Waloka.Raden Patah pindah ke Jawa Tengah, di situ ia membuka hutan Glagahwangi atau hutan Bintara menjadi sebuah pesantren dan Raden Patah menjadi ulama di Bintara dan mengajarkan agama Islam kepada penduduk sekitarnya. Makin lama Pesantren Glagahwangi semakin maju. Dan hal itu membuat Brawijaya menjadi resah, karena bujukan dari Sunan Ampel Brawijaya mengakui bahwa Raden Patah adalah putranya dan Raden Patah pun diangkat sebagai bupati, sedangkan Glagahwangi diganti nama menjadi Demak, dengan ibu kota bernama Bintara.
Dalam memimpin Kerajaan Demak Raden Patah menunjukan berbagai keberhasilan yang dapat dicapai seperti:
  1. Keberhasilan Raden Patah dalam perluasan dan pertahanan kerajaan dapat dilihat ketika ia menaklukkan Girindra Wardhana yang merebut tahkta Majapahit (1478), hingga dapat menggambil alih kekuasaan Majapahit.Selain itu, Raden Patah juga mengadakan perlawan terhadap portugis (1511), yang telah menduduki Malaka dan ingin mengganggu Demak.Dengan mengirim pasukannya yang dipimpin oleh Pati Unus (anak Raden Patah).
  2. Dalam bidang dakwah islam dan pengembangannya, Raden patah mencoba menerapkan hukum islam dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, ia juga membangun istana dan mendirikan masjid (1479) yang sampai sekarang terkenal dengan masjid Agung Demak. Pendirian masjid itu dibantu sepenuhnya oleh walisanga.
       2. Pati Unus (Pangeran sebrang Lor) (1518-1521 M)
Pada tahun 1518 Raden Patah wafat kemudian digantikan putranya (sumber Jawa) yaitu Pati Unus.Namun terdapat perbedaan pendapat, antara sumber Portugis (Barat) dengan sumber asli Indonesia atau Jawa.Pati Unus terkenal sebagai panglima perang yang gagah berani dan pernah memimpin perlawanan terhadap Portugis di Malaka.Karena keberaniannya itulah ia mendapatkan julukan Pangeran Sabrang lor. (Soekmono: 1973).Dalam berita Tome Pires dikenal seorang yang bernama Pate Unus yang mengadakan serangan ke Malaka tahun 1513, keberangkatan dengan armadanya dari Jepara yang berfungsi sebagai pelabuhan kerajaan Demak. H.J Graaf berpendapat bahwa raja kedua kerajaan Demak seperti disebut Tome Pires ialah Pate Rodim Sr., seorang yang tegas dalam mengambil keputusan dan seorang ksatria, bangsawan dan teman seperjuangan Pate Zaenal dari Gresik.
Pada awalnya Pati Unus adalah seorang penguasa di daerah Jepara, setelah dewasa Pati Unus diangkat menjadi menantu Raden Patah dinikahkan dengan putrinya.Hal itu berdasarkan sumber Portugis.Pati Unus resmi diangkat menjadi Adipati wilayah Jepara (tempat kelahiran beliau sendiri).
Pati Unus bertugas sebagai Panglima Armada Islam tanah jawa, saat Samuda Pasai jatuh ketangan Portugis.Pati Unus mengirim armada kecil, ekspedidi Jihad I yang mencoba mendesak benteng Portugis di Malaka gagal dan kembali ke Jawa.Setelah itu Pati Unus melakukan persiapan yang lebih baik dengan merencanakan pembangunan armada sebanyak 375 kapal.Armada perang Islam siap berangkat dari pelabuhan Demak dengan mendapat pemberkatan dari Para Wali yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati.Armada perang yang sangat besar untuk ukuran dulu bahkan sekarang.Dipimpin langsung oleh Pati Unus bergelar Senapati Sarjawala yang telah menjadi Sultan Demak II.Kapal yang ditumpangi Pati Unus terkena peluru meriam ketika akan menurunkan perahu untuk merapat ke pantai. Ia gugur sebagai Syahid karena kewajiban membela sesama Muslim yang tertindas penjajah (Portugis) yang bernafsu memonopoli perdagangan rempah-rempah.
  1. Sultan Trenggono (1521-1546 M)
Raja ketiga dari Kerajaan Demak ini adalah Raden Trenggono, setelah meninggalnya Pangeran Sabrang Lor (Pati Unus) pada 1521.Masa kepemimpinannya ditandai dengan berbagai peristiwa yang mengantarkan kerajaan ini ke masa kejayaannya.Wilayah-wilayahnya diperluas ke wilayah barat dan ke wilayah timur.Masjid Demak diperbaiki sebagai lambang kekuatan Islam.
Sebagai seorang raja Islam, beliau mengambil gelar Sultan, yaitu Sultan Ahmad Abdul Arifin.Kebesaran raja ketiga ini oleh penulis Portugis, Mendez Pinto, dinyatakan dengan pemberian gelar emperador (maharaja).
Ekspedisi Demak ke wilayah barat dimulai dengan ekspedisi Syekh Nurullah (Sunan Gunung Jati) ke Jawa Barat, yang berhasil secara berturut-turut mendirikan Kerajaan Cirebon dan Banten.Penguasaan kedua wilayah ini, menurut tradisi lisan Jawa dari Cirebon dan dari Banten sangat penting artinya bagi pengembangan Islam, bahasa, dan kebudayaan Jawa di sepanjang pantai utara Jawa Barat.
Pada masanya pula, dilakukan penyerangan terakhir ke Ibu Kota Majapahit antara tahun 1525 dan 1527, yang menurut Babad Sangkala adalah Kediri, sedang menurut Tome Pires adalah Dayo. Penyerangan ini mengandung makna simbolis pemisahan antara Zaman Indonesia Hindu dengan Zaman Indonesia Islam.Pada 1527 pula, dilakukan ekspedisi ke Tuban.Meskipun daerah itu sudah lama memeluk Islam.Namun Demak menganggap mereka masih setia kepada Majapahit, sehingga perlu dilakukan penakhlukan. Berturut-turut pula ditaklukan Wirasari (1525), Gagelang/Madiun (1529), Medangkungan/Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535), Lamongan, Blitar, Wirasaba (1541 dan 1542), Gunung Pananggungan (1543), Memenang atau Kediri (1544), Malang (1545).
Penaklukan yang terakhir dilakukan adalah di Blambangan, yang berada di ujung Jawa Timur. Ini merupakan benteng terakhir Hindu, bahwa ketika Brawijaya dikalahkan oleh Demak, ia mengungsi ke daerah itu untuk mencari bantuan dari Bali yang mayoritas Hindu. Namun akhirnya Blambangan menyerah kepada Demak, dan Demak akhirnya kehilangan Sultan Trenggono yang meninggal.
Gugurnya Sultan Trenggono ini merupakan akhir dari usaha ekspansi Demak ke wilayah bekas bawahan Majapahit