1. Sebab
Nabi Muhammad melakukan hijrah Ke Madinah
Ketika
menerima ayat 94, surah Al hijr,Nabi Muhammad mulai berdakwah secara terang-terangan. Dakwahnya mendapat respon keras
dari kaum kafir Quraisy. Para pemimpin Quraisy menggunakan berbagai cara untuk
mencegah dakwah Nabi Muhammad, namun selalu gagal, baik secara diplomatik,
tawaran, dan kekerasan fisik.
Siksaan
dan penganiayaan ataupun teror dilakukan pada umat Islam, dan puncaknya ketika
kaum kafir Quraisy melakukan pemboikotan selama 3 tahun kepada Nabi Muhammad
SAW dan pengikutnya di bidang ekonomi, sosial dan kemasyarakatan.
Ancaman
dari Kafir Quraisy semakin keras setelah Nabi Muhammad saw kehilangan Abu
Thalib dan Siti Khadijah. Pemimpin
Quraisy terang-terangan menantang Nabi Muhammad karena menganggap kebangkitan
Islam identik dengan kehancuran posisi sosial mereka. Kebangsawanan mereka akan
hilang dan hancur karena Islam mengajarkan persamaan derajat manusia. Sistem
kepemimpinan bangsawan tidak ada di Yasrib (Madinah). Hal ini juga yang
menyebabkan Nabi Muhammad melakukan hijrah ke Madinah. Hijrah dianggap sebagai
alternatif perjuangan untuk menegakkan ajaran Islam.
Selain itu, ada beberapa faktor yang mendorong Nabi
Muhammad saw. memilih Yatsrib sebagai tempat hijrah umat Islam.
Faktor-faktornya antara lain:
a. Yatsrib adalah tempat yang paling dekat.
b. Sebelum diangkat menjadi nabi, beliau telah mempunyai
hubungan baik dengan penduduk kota tersebut. Hubungan itu berupa ikatan
persaudaraan karena kakek Nabi, Abdul
Mutholib beristerikan orang Yatsrib. Di samping itu, ayahnya dimakamkan di
sana.
c. Penduduk Yatsrib sudah dikenal Nabi karena kelembutan
budi pekerti dan sifat-sifatnya yang baik.
d.
Hijrah merupakan keharusan selain karena perintah Allah
swt.
2. Madinah
Tujuan Hijrahnya Rasulullah SAW
Setelah peristiwa hijrah, keadaan kaum
Muslimin di Madinah jauh lebih baik bila dibandingkan dengan keadaan mereka
sebelumnya saat berada di Mekkah. Para pemeluk agama Islam semakin hari semakin
bertambah banyak. Demikian pula taraf hidup dan kemampuan ekonomi kaum Muhajirin
khususnya yang sudah menetap di Madinah semakin meningkat. Mereka berangsur-angsur
dapat hidup mandiri berkat penataan kegiatan ekonomi dan perdagangan yang
langsung dipimpin oleh Nabi Muhammad
SAW. Dari sini kita dapat mengambil pelajaran (ibrah)dari usaha-usaha Nabi
Muhammad dalam membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan,
antara lain :
1)
Ekonomi merupakan sektor yang sangat penting
dalam menopang kehidupan manusia
2)
Ajaran Islam menuntut pada umatnya agar mampu
hidup mandiri
3)
Dalam menjalankan kegiatan ekonomi, perlu
diperhatikan aspek untuk menyejahterakan kehidupan bersama, keadilan dan
kejujuran
4)
Usaha-usaha di bidang perekonomian yang telah
dijalankan oleh Rasulullah SAW
di Madinah, menjadi bekal untuk memimpin
3. Sebab
Nabi Muhammad melakukan hijrah Ke Madinah
Ketika
menerima ayat 94, surah Al hijr,Nabi Muhammad mulai berdakwah secara terang-terangan. Dakwahnya mendapat respon keras
dari kaum kafir Quraisy. Para pemimpin Quraisy menggunakan berbagai cara untuk
mencegah dakwah Nabi Muhammad, namun selalu gagal, baik secara diplomatik,
tawaran, dan kekerasan fisik.
Siksaan
dan penganiayaan ataupun teror dilakukan pada umat Islam, dan puncaknya ketika
kaum kafir Quraisy melakukan pemboikotan selama 3 tahun kepada Nabi Muhammad
SAW dan pengikutnya di bidang ekonomi, sosial dan kemasyarakatan.
Ancaman
dari Kafir Quraisy semakin keras setelah Nabi Muhammad saw kehilangan Abu
Thalib dan Siti Khadijah. Pemimpin
Quraisy terang-terangan menantang Nabi Muhammad karena menganggap kebangkitan Islam
identik dengan kehancuran posisi sosial mereka. Kebangsawanan mereka akan
hilang dan hancur karena Islam mengajarkan persamaan derajat manusia. Sistem
kepemimpinan bangsawan tidak ada di Yasrib (Madinah). Hal ini juga yang
menyebabkan Nabi Muhammad melakukan hijrah ke Madinah. Hijrah dianggap sebagai
alternatif perjuangan untuk menegakkan ajaran Islam.
Selain itu, ada beberapa faktor yang mendorong Nabi
Muhammad saw. memilih Yatsrib sebagai tempat hijrah umat Islam.
Faktor-faktornya antara lain:
e. Yatsrib adalah tempat yang paling dekat.
f. Sebelum diangkat menjadi nabi, beliau telah mempunyai
hubungan baik dengan penduduk kota tersebut. Hubungan itu berupa ikatan
persaudaraan karena kakek Nabi, Abdul
Mutholib beristerikan orang Yatsrib. Di samping itu, ayahnya dimakamkan di
sana.
g. Penduduk Yatsrib sudah dikenal Nabi karena kelembutan
budi pekerti dan sifat-sifatnya yang baik.
h.
Hijrah merupakan keharusan selain karena perintah Allah
swt.
4. Reaksi Kafir Quraisy
terhadap Hijrah Nabi Muhammad ke Madinah
Ketika
Kafir Quraisy mengetahui adanya
perjanjian antara nabi dan orang-orang yasrib,
mereka semakin keras menyiksa Umat Islam. Hal ini
membuat nabi segera memerintahkan umat
Islam untuk
hijrah ke Yasrib. Dalam waktu dua bulan, hampir semua umat Islam kurang lebih
150 orang, telah meninggalkan kota Makkah. Hanya Ali
dan Abu Bakar tetap tinggal di Makkah bersama nabi.
Mereka memutuskan sikap
terhadap Nabi Muhammad saw yang masih berdiam di
Mekkah dengan memilih satu diantara tiga cara:
a. membiarkan beliau sampai hijrah
ke Madinah dengan sendirinya.
b. memenjarakannya.
c.
membunuhnya.
Pada awalnya mereka memutuskan untuk membiarkan Nabi
Muhammad saw hijrah ke Madinah. Tapi keputusan ini tidak akan dapat
memecahkan masalah. Karena kepergian Nabi Muhammad saw dari Mekkah boleh jadi
akan menyiapkan kubu Yatsrib (Madinah) untuk memerangi mereka. Jika mereka
memilih kedua yaitu memenjarakannya, akan memicu
Umat Islam untuk
membebaskannya.
Pada saat itulah, Nabi Muhammad mendapat perintah untuk
hijrah. Beliau keluar dari rumah secara
diam-diam. Berbagai usaha kafir Quraisy untuk mencegah Nabi Muhammad saw hijrah
ke Madinah. Pada akhirnya usaha mereka tidak mendapatkan hasil. Akhirnya, Nabi
Muhammad saw samapai ke Madinah dengan selamat.
Setelah Nabi Muhammad saw meniinggalkan Makkah, kafir
Quraisy tidak menyiksa keluarganya karena 2 alasan:
1)
Ketika kafir Quraisy
mengetahui bahwa nabi Muhammad saw telah keluar dari Mekkah dan rencana
mereka telah gagal, mereka menyeret Ali bin Abi Thalib ke Masjid al-Haram. Mereka baru membebaskan
Imam Ali as setelah menghajarnya
2)
Tujuan kafir Quraisy hanya satu, yaitu membunuh Nabi Muhammad saw.
Karena mereka menganggap bahwa
satu-satunya cara memadamkan Islam adalah
dengan membunuh nabi saw. Karena itu, mereka tidak
ada urusan dengan orang lain dan mereka tidak mau bentrok dengan orang lain
selain nabi Muhammad saw.
Sedangkan
alasan kafir Quraisy tidak menyiksa Umat Islam setelah nabi saw hijrah adalah:
a.
Mayoritas Umat Islam telah hijrah
sebelum Rasulullahsaw. Karena penyebab utama rencana
pembunuhan Rasulullah saw karena hijrah besar-besaran yang dilakukan umat Islam ke Madinah dan tersebarnya Islam di kota
tersebut.
b. Umat Islam yang berasal dari Mekkah (Quraisy) memiliki
sanak saudara dan kerabat di Mekkah. Hubungan kekerabatan menjadi penghalang
mereka menggangu dan menyakiti umat Islam. Kafir Quraisy takut
terhadap suku dan kabilah seorang Muslim, mereka menghindar untuk tidak menyakitinya.
5.
Proses Hijrah Nabi Muhammad Ke Madinah
Umat Islam di Makkah mayoritas telah hijrah
ke Madinah, kecuali Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib. Keduanya menemani Nabi
Muhammad saw sampai mendapat perintah dari Allah swt untuk berhijrah ke
Madinah. Adapun proses hijrah nabi Muhammad dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Ali Menggantikan Nabi
Muhammad di tempat tidurnya
Kafir
Quraisy
berencana membunuh Muhammad
untuk mencegah nabi saw hijrah ke Madinah. Sebelum turun perintah hijrah, nabi
Muhammad sudah meminta Abu Bakar untuk menemaninya.Ketika turun perintah hijrah
dari Allah SWT, Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar meninggalkan Makkah secara
diam-diam.
Pada
malam akan hijrah, Nabi Muhammad meminta
Ali bin Abi Talib untuk memakai mantelnya dan berbaring di tempat tidurnya.
Nabi Muhammad saw berpesan kepada Ali bin Abi Thalib, setelah Nabi hijrah,
untuk tinggal dulu di Mekah
b. Gua Tsur
Nabi
Muhammad dan Abu Bakar pergi ke Madinah melalui arah selatan dalam rangka
mengelabui kafir Quraisy. Mereka berdua menetap di dalam gua Tsur pada hari Jum’at, Sabtu, dan Ahad. Selama berada di gua Tsur, Nabi
Muhammad telah merencakan secara matang untuk mengamankan proses hijrahnya,
antara lain:
1) Abdullah bin Abu Bakar mendatangi gua setiap malam dan menyampaikan berita tentang rencana dan kegiatan kafir
Quraisy. Sebelum fajar ia sudah kembali ke Makkah sehingga
seolah-olah ia selalu berada di Makkah.
2) Amar bin Fuhairah menggiring domba-domba gembalaannya
ke dalam gua pada malam
hari sehingga Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar bisa minum susu domba.
Amar menggiring kembali domba-dombanya ke Makkah sebelum fajar setelah Abdullah
bin Abu Bakar kembali ke Makkah, agar jejak kaki Abdullah terhapus oleh jejak
domba-domba itu.
3) Abdullah bin Ariqat Laitsi, seorang
kafir yang dapat dipercaya dan bekerja sebagai pemandu yang diupah oleh Abu
Bakar datang ke gua Tsur, setelah hari ke-tiga, membawa dua ekor onta.
4) Pada waktu itu Abu Bakar menawarkan satu dari unta itu kepada Nabi saw sebagai hadiah. Namun beliau (SAW) memaksa membeli unta itu. Abu Bakar (RA) pun akhirnya bersedia menerima
pembayaran sebesar empat ratus dirham. Unta dikenal sebagai unta Nabi saw yang dinamai Quswa.
5) Dengan dipandu oleh Abdullah bin Ariqat, mereka berdua
memulai perjalanan menuju Madinah. Amar juga menyertai perjalanan mereka.
c. Suraqa
Ketika itu Quraisy mengadakan sayembara dengan hadiah seratus ekor unta
bagi orang yang dapat menyerahkan Nabi Muhammad saw. Ketika
terdengar kabar bahwa ada rombongan tiga orang sedang dalam perjalanan, mereka
yakin itu adalah Muhammad dan sahabatnya. Suraqa b. Malik b. Ju’syum, salah
seorang dari Quraisy, juga ingin memperoleh hadiah seratus ekor unta. Suraqah
mengendarai kuda yang cepat, sehingga ia bisa mengejar rombongan hijrah Nabi
SAW tersebut dan jaraknya semakin dekat.
Setelah jarak makin dekat, tiba-tiba kuda Suraqah terjerembab jatuh,
Nabi SAW terus saja berjalan tanpa memperdulikan Suraqah yang mengejarnya.
Setelah berhasil mendekati lagi, Suraqah menyiapkan anak panahnya, tetapi
lagi-lagi kudanya terjerembab, sementara Nabi SAW terus berjalan. Masih juga
penasaran, setelah berhasil membebaskan kudanya, ia mengejar lagi, tetapi untuk
ketiga kalinya, kudanya terjerembab dan kali ini diikuti dengan debu yang
bertaburan di udara. Sadarlah Suraqah bahwa orang yang dikejarnya bukanlah
orang sembarangan.
Setelah berhasil membebaskan kudanya dan tidak ada lagi niat untuk
menangkap atau membunuh Nabi SAW, ia berhasil mendekati rombongan beliau dan
memanggilnya. Setelah berhadapan dengan Nabi SAW, ia meminta maaf dan memohon
untuk tidak diapa-apakan. Ia juga menawarkan untuk memberikan perbekalan yang
dibawanya. Nabi SAW memaafkannya tetapi menolak pemberiannya.
b. Masjid Quba'
Setelah
menempuh perjalanan 7 hari, Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar sampai di Quba’,
sebuah desa yang terletak dua mil di selatan Madinah. Beliau membangun Masjid
dan merupakan Masjid pertama dalam sejarah Islam. Beliau tinggal di Quba’
selama empat hari. Pada Jum’at pagi beliau berangkat dari Quba’ menuju ke
Madinah. Ketika sampai di perkampungan Bani Salim bin Auf, waktu shalat Jum’at tiba. Nabi Muhammad
melaksanakan shalat jumat disana. Inilah Jum’at dan khutbah yang pertama dalam
Islam.
c. Tiba di Madinah
Setelah
sampai di Madinah,
program pertama beliau adalah menentukan
tempat di mana akan dibangun Masjid. Beliau melepaskan untanya dan menetapkan tempat berhenti
untanya sebagai masjid. Ternyata untanya
berhenti di tanah milik dua orang anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail. Nabi saw minta keduanya untuk menjual tanahnya. Namun keduanya ingin memberikan tanahnya
sebagai hadiah. Tapi
Nabi saw tetap ingin membayar harga tanah itu sebesar sepuluh dinar.
Nabi
Muhammad saw tinggal di rumah Abu Ayyub al Anshari sampai selesai pembangunan Masjid
Nabawi dan tempat
tinggal beliau. Seluruh sahabat bersama Nabi sawikut membangun Masjid
Nabawi, sebagaimana mereka melakukan bersama-sama dalam pembangunan Masjid
Quba’.
Beberapa hari kemudian, istri Nabi (SAW); Saudah (RA); dua putri beliau
Fatimah (RA) and Ummu Kulsum (RA), Usamah bin Zaid (RA), ‘Aisyah (RA) dan Ummu
Aiman (RA) juga menyusul hijrah ke Madinah dibawah kawalan Abdullah bin Abu
Bakar (RA). Adapun putri beliau seorang lagi, Zainab (RA), baru diijinkan
hijrah ke Madinah setelah terjadi peperangan Badar.