Kamis, 23 Juli 2020

Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah

Ketika berusia kurang lebih 40 tahun, Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dan Rasul yang ditandai dengan turunnya wahyu pertama yaitu Q.S. al-Alaq ayat 1-5, dari Allah SWT melalui perantara malaikat Jibril.

Q.S. al-Alaq ayat 1-5:




Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tunanmu yang menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

 

Beberapa waktu kemudian turunlah wahyu kedua yaitu Q.S Al-Mudatsir ayat 1-7:



Artinya: 1. Hai orang yang berselimut,2. Bangunlah, lalu berilah peringatan!, 3. Dan Tuhanmu agungkanlah!, 4. Dan pakaianmu bersihkanlah, 5.dan perbiatan dosa tinggalkanlah, 6. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, 7. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

 

1.     Prioritas Dakwah Rasululah SAW di Mekkah

Selama berdakwah di Mekkah, ada beberapa hal yang menjadi prioritas dakwah Rasulullah SAW, yaitu:

a.      Mengajarkan ketauhidan

Ajaran Islam menekankan pada tauhid (menyembah hanya pada Allah SWT yang esa). Ajaran tauhid ini sangat berbeda dengan kepercayaan yang dianut masyarakat Mekah pra-Islam yang menganut polytheisme (kepercayaan tentang adanya banyak Tuhan). Masyarakat mekah pra-Islam menyembah berhala, bulan-bintang, arwah leluhur, jin, dll.

 

 

 

b.      Kondisi masyarakat Mekah yang menyembah berhala

Rasulullah SAW mempunyai misi mengajak masyarakat Mekah beralih dari menyembah banyak berhala kepada menyembah hanya kepada Allah SWT.

 

c.      Beriman kepada adanya hari kiamat sebagai hari pembalasan

Hari kiamat penting untuk diyakini akan terjadi karena mampu menjadi control bagi perilaku manusia selama hidupnya. Dunia hanya sementara sedangkan akhiratlah yang abadi.

 

d.      Mengubah perilaku masyarakat jahiliyah (bodoh)

Perilaku jahiliyah masyarakat Mekah pra-Islam bukanlah berarti mereka bodoh dalam intelektual melainkan bodoh dalam perilaku yang cenderung merusak tatanan social. Berjudi, minum khamer, membunuh, mengundi nasib dengan anak panah, adalah perilaku jahiliyah. Rasulullah SAW mendapat tugas untuk memperbaiki akhlak mereka agar sesuai dengan tuntunan al-Qur’an. Rasulullah SAW memberi teladan melalui akhlak terpuji. Beliau dijuluki al-amin (dapat dipercaya) karena kejujuran dan kebaikannya.

 

e.      Mengangkat dan melindungi hak asasi manusia

Islam mengajarkan persamaan derajat manusia. Islam juga menolak adanya praktek perbudakan, Islam menghormati peran wanita dalam masyarakat. Hal tersebut sangat berbeda denga tradisi masyarakat Mekah pra-Islam yang terbiasa menganggap wanita sebagai aib keluarga, melakukan praktek perbudakan dan membedakan status social seseorang berdasarkan harta dan kedudukannya.

 

2.      Tanggapan Masyarakat Mekah terhadap Dakwah Nabi Muhammad SAW

Sebagian besar masyarakat Mekah menentang dengan keras hadirnya ajaran islam yang dibawa Rasulullah SAW. Penentangan tersebut dipelopori oleh para tokoh masyarakat mekah. Salah seorang tokoh masyarakat mekah yang menolak Islam adalah AbuLahab, yang masih merupakan paman Rasulullah SAW. Bersama Abu sufyan, Abu jahal, dan beberapa tokoh mekah lainnya, ia menyebarkan kebencian terhadap nabi Muhammad SAW. Namun berbagai rintangan dakwah yang menerpa Rasulullah SAW dihadapi dengan kesabaran, keuletan, dan semangat pantang menyerah.

Jika disimpulkan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab penolakan keras masyarakat Mekah terhadap ajaran Islam, diantaranya yaitu:

a.   Takut kehilangan kekuasaan

b.   Hilangnya status social

c.   Hilangnya industri perdagangan patung

 

3.      Tantangan dan Rintangan Dakwah Rasulullah SAW di Mekah

Dakwah di kota Mekah penuh dengan rintangan dan hambatan. Berbagai strategi diterapkan masyarakat Mekah untuk menghentikan penyebaran ajaran Islam, diantaranya:

a.   Hinaan, ancaman dan siksaan terhadapa Rsulullah SAW

b.   Hinaan, ancaman dan siskaan terhadap pengikut Rasulullah SAW

c.   Bujukan harta, tata dan wanita

d.   Tawaran kepada nabi untuk bertukar sesembahan dengan orang-orang kafir quraisy

e.   Membujuk dan menghasut Abu Thalib (paman kesayangan Rasulullah SAW) agar berupaya menghetikan dakwah Rasul

f.    Menghasut masyarakat Mekah bahwa ayat-ayat al-Qur’an adalah mantra-mantra yang menyesatkan dan ancaman siksaan bagi pengikut Muhammad SAW

g.   Pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Isi pemboikotan:

1)     Masyarakat Mekah dilarang berbicara dan menolong Bani Hasyim dan Bani Muthalib

2)     Masyarakat Mekah dilarang berjual beli dengan Bani Hasyim dan Bani Muthalib

3)     Masyarakat Mekah dilarang Menikah atau dinikahi bani Hasyim dan Bani Muthalib

h.   Mempengaruhi pimpinan negara-negara tetangga untuk menolak kehadiran Islam atau orang Islam

 

4.      Kunci Sukses Dakwah Rasulullah SAW di Mekah

Berbagai hambatan dan rintangan yang dihadapi Rasulullah SAW di Mekah senantiasa diatasi dengan sikap-sikap positif, diantaranya:

a.   Sabar

b.   Gigih dan Ulet

c.   Beraqidah yang benar dan kuat

d.   Menampilkan akhlak terpuji dan menjauhi kemungkaran

e.   Menjunjung tinggi kesetaraan derajat manusia


Rabu, 22 Juli 2020

Sejarah singkat Nabi Muhammad SAW

 

1.     Kelahiran Nabi Muhammad SAW

            Setelah cukup Sembilan bulan, Aminah (ibunda Nabi Muhammad SAW)mengandung dengan tidak mendapat halangan apapun, pada subuh, senin, 12 Rabiulawal tahun Fiil(gajah) bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi, lahirlah Nabi Muhammad SAW denagn selamat di rumah ibunya di kampong bani Hasyim di kota Mekah Al Mukarromah. Yang Menjadi bidan saat beliau dilahirkan adalah Siti Syifa, ibu sahabat Abdurrahman bin Auf r.a.

                                                    

             Kakek beliau, Abdul Muthalib, sedang tawaf di sekeliling Ka’bah. Ketika mendengar kabar dari seorang utusan dari Siti Aminah bahwa ia telah melahirkan cucunya seorang laki-laki, Abdul Muthalib segera bergegas ingin melihat cucunya dengan perasaan yang sangat gemmbira. Sesampainya di rumah Aminah, Abdul Muthalib memeluk cucunya yang baru lahir kemudian menggendongnya dan dibawa ke Ka’bah. Ia membawa masuk cucunya ke dalam Ka’bah kemudian berdoa dan memanjatkan syukur kepada Allah SWT.

 

Berita kelahiran Nabi Muhammad SAW bin Abdullah membuat senang setiap orang yang mendengarnya, tak terkecuali Abu Lahab, paman belliau yang kelak akan menjadi penghalang besar dalam misi dakwah Nabi.

 

2.Masa kecil Nabi Muhammad SAW

 

           Nabi Muhammad Saw dikhitan pada umur tujuh hari dari kelahirannya dan diberi nama Muhammad oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Nabi Muhammad tidak disusui oleh ibunya, tetapi ia disusukan kepaba seorang wanita dari dusun Banu Sa’ad yang bernama Siti Halimah yang pandai menyusukan dan merawat bayi. Telah menjadi kebiasaan bangsawan Quraisy waktu itu untuk menyusukan anak-anak mereka kepada orang-orang dusun dengan tujuan agar anak hidup dalam suasana yang lain, yang lebih bersih udaranya, sehingga dapat tumbuuh dan berkembang dengan baik dan juga agar anak-anak mereka mampu berbicara dengan bahasa Arab asli, yaitu bahasa kaum Badawi.

            

           Demikianlah, Nabi Muhammad SAW dirawat dan diasuh oleh Siti Halimah sampai umur lima tahun.Ketika Nabi Muhammad SAW diasuh oleh Siti Halimah,ia sering ikut mengembala kambing dengan anak Siti Halimah yang bernama Abdullah. Suatu hari ada kejadian aneh yang menimpa diri Nabi Muhammad SAW. ADa dua orang yang berpakaian serba putih mendadak menghampirinya kemuudian menangkappnya. Nabi Muhammad dibaawa ke tempat yang agak jauh. SAlah seorang dari kedua orang itu membelah dadanya dengan pisau dan yang satu lagi memegang tangan dan kakinya. Setelah mendapat benda yang berwarna hitam dari dada nabi kemudian membuangnya, kedua orang tersebut pergi begitu saja.

 

           Siti Halimah dan keluarganya yang khawatir akan keselamatan Muhammad, mereka dating ke tempat teersebut dan melihat nabi sedang duduk termenung. Nabi menceritakan kejadian aneh yang telah dialaminya. Setelah kejadian aneh yang  engherankan itu, Siti Halimah merasa khawatir akan keselamatan nabi, Ia memulangkan nabi ke ibunya, Siti Aminah, di Mekkah dalam usia lima tahun.

 

           Setahun dalam pengasauhan ibunya, ia dibawa oleh Siti Aminah untuk berziarah ke makam ayahnya kemudian mengunjungi family ibunya di Madinah. Namun dalam perjalanan pulang ibunya jatuh sakit dan wafat di sebuah desa yang bernama ‘Abwa dan di sanalah Siti Aminah dimakamkan.

 

           Sepeninggal ibunya, Rasulullah diasuh oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib, seorang yang memiliki pengaruh besar di suku Quraisy. Abdul Muthalib sangat mencitai cucunya tersebut, namun saying beliau wafat di usia delapan puluh tahun dan usia Rasulullah SAW waktu itu delapan tahun.

 

c. Nabi Muhammad SAW di usia Remaja.

 

         Selepas dari asuhan kakeknya, Rasulullah SAW berada di bawah pengasuh pamannya, Abu Thalib yang mencintai dan menyayanginya tidak kurang dari kasih saying dan kecintaan kakeknya kepadanya

.

         Pada umur duabelas tahun, dengan perasaan berat hati Abu Thalib membawa nabi berdagang ke negeri Syam. Ketika sampai di kota Baasrah, mereka bertemu dengan seorang Pendeta Nasrani yang bernama Bakhira. Pendeta Bakhira menatap muka nabi dengan pandangan yang dalam. Ia berpesan keapada Abu Thalib bahwa ia harus menjaga, merawat, serta mengawasi anak laki-laki yang dibawanya karena ia bukan anak sembarangan dan kelak akan menjadi imam para Rosul dan penutup para nabi Tuhan. Hal itu ia katakana sesuai dengan tanda-tanda yang ada pada anak itu dan sesuai dengan apa yang ada dalam kitab sucinya, Injil.

 

Di usia remaja, nabi Muhammad SAW terkenal dengan budi luhur dan kemuliaan hatinya. Ia dijuluki Al-Amin artinya yang sangat di percaya. Berita tersebut menyebar hamper ke seluruh penjuru Mekkah. Karena itulah Khadijah binti Khuwaili d seorang janda yang kaya raya tertarik agar Muhammad bin Abdullah menjualkan dagangannya ke Syam. Dalam perjalannya ke Syam yang kedua kali nabi ditemani oleh Maesaroh, seorang kepercayaan Khadijah. Perdagangan nabi di Syam menghasilkan keuntungan yang besar karena kejujuran dan keuletannya. Sesampainya di Mekah, Maesaroh menceritakan kepada Khadijah pengamatannya tentang apa yang telah dilakukan nabi ketika berdagang. Hal itu pulalah yang menarik Siti Khadijah untuk melamar nabi untuk menikahi dirinya ketika usia 25 tahun dan Siti Khadijah berusia 40 tahun.

 

d. Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rosul

    

             Menjelang usia empat puluh tahun, Nabi Muhammad SAW lebih seering menyendiri. Ia lebih senang memikirkan cara meluruskan jalan hidup bangsanya yang gemar berselisih, saling menumpahkan darah, senang berzina, berjudi, mabuk-mabukan dan membunuh anak perempuannya sendiri. Di usia empat puluh tahun ini Nabi Muhammad SAW lebih sering meninggalkan keluarganya. Ia memilih Gua Hira sebagai tempat untuk berkhalwat.

 

             Nabi mengasingkan diri di gua tersebut kadang-kadang sampai 10 hari 10 malam, kadang-kaadang pula dilakukan sampai 20 hari 20 malam. Ini dilakukan berkali-kali dan berbulan-bulan lamanya. Maksud dan tujuan beliau berkhalwat adalah menenangkan jiwa, menjernihkan pikiran, dan menjauhkan pandangan kotor duniawi,selanjutnya ingin mencari kebenaran yang hakiki.

 

             Setelah enam bulan berkhalwat atau mengasingkan diri di Gua Hira, suatu malam beliau didatangi Malaikat Jibril utusan Allah SWT untuk menyampaikan wahyu-Nya yang pertama kali yaitu Al Qur’an Surah Al-‘Alaq ayat 1-5 kepada Nabi Muhammaad SAW yang berbunyi :

  

Artinya :

              Peristiwa tersebut sekaligus menjadi awal diangkatnya Nabi Muhammad SAW menjadi Rasul Allah SWT dan hadirat-Nya sebagai rahmat bagi alam semesta berdasarkan ucapan Malaikat Jibril, “Gembiralah, Ya Muhammad! Saya Jibril dan engkau adalah rasul Allah kepada umat ini!”

 

2.     Misi Nabi Muhammad SAW

 

a.     Sebagai Rahmat Bagi Alam Semesta

         Semenjak kecil, dalam dri Nabi Muhammad SAW sudah terdapat tanda-tanda bahwa beliau dipersiapkan oleh Allah SWT untuk menjadi rasul-Nya. Tanda-tanda tersebut sesuai dengan janji Allah paada kitab-kitab sebelun kitab suci Al-Qur’an.

 

          Beliau diangkat menjadi rasul di tengah-tengah masyarakat Arab yang hamper kehilangan pedoman hidup.Akidah (keyakinan) mereka sudah menyimpang dari apa yang telah di sampaikan oleh nabi-nabi terdahulu, akhlak (tingkah laku) mereka menyerupai tingkah laku binatang, moral mereka hancur akibat penyelewengan akidah dan kelakuan mereka sendiri.

Kebanyakan dari bangsa Arab paada waktu itu menyembah patung (berhala),tega membunuh anak perempuannya sendiri,berzina, berjudi, dan mabuk-mabukan sudah mendarah daging dalam kebiasaan sehari-hari. Penindasan dan sewenang-wenang terhadap kaum yang lemah bukan hal yang aneh, siapa yang kuat dialah yang berkuasa.

 

          Di tengah-tengah keadaan masyarakat yang demikian itulah, Allah SWT mengangkat Nabi Muhammad SAW sebagi rasul-Nya untuk menjalankan misinya menyebarkan agama Islam. Membebaskan masyarakat Arab khususnya,dan umumnya seluruh manusia dari kesesatan yang selama ini mereka lakukan. Ajaran yang dibawa beliau melalui wahyu Allah SWT yang terkandung dalam Al-Qur’an jika diamalkan dengan benar akan mendatangkan rahmat/kebaikan bagi manusia, hewan, tumbuhan bahkan seluruh alam semesta.

 

        Dalam kurun waktu kurang lebih 23 tahun, Nbi Muhammad berhasil membuktikan diri sebagai pemimpin yang membawa rahmat (kebaikan-kebaikan) bagi dunia ini, berawal dari misi beliau yaitu menanamkan sendi-sendi pokok kehidupan manusia dam memelihara alam semesta, baik di Mekah maupun di Madinah yang menjadi pangkal perjuangan beliau.

 

       Setelah Nabi Muhammad SAW wafat (hari senin, tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 H/8 Juni 632 M pada usia 63 tahun), misi beliau dilanjutkan oleh para sahabat (Khulafaur rasyidin) dan Khalifah-khalifah Islam berikutnya yang menyebarkan ajaran Islam yang penuh rahmat ke berbagai pelosok dunia.

 

b.    Pembawa Kedamaian

 

        Nabi Muhammaad SAW tampil dengan kekuatan bimbingan wahyu dari Allah SWT. Rintangan dan cobaan dating silih berganti, terutama di awal-awal beliau menjalankan misinya di Mekah. Yang paling besar justru dating dari kerabat dan kaumnya sendiri. Mereka menentang keras seruan Tuhan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW. Banyak pengikut nabi yang menjaadi korban penyiksaan dan pembunuhan. Nabi dan para pengikutnya pernah pula diasingkan dan diboikot perekonomiannya. Ancaman yang paling besar adalah persekongkolan penduduk Mekah yang dipimpin oleh Abu Lahab dan Abu Jahal untuk membunuh Nabi Muhammad SAW.

 

        Setelah nabi dan para shabat hijrah ke Madinah, Islam berkembang lebih cepat dan mudah. Penduduk Madinah sangat menerima nabi dan syariat yang beliau sampaikan. Kemuliaan akhlak nabi dan kebenaran syariat yang beliau sebarkan menjadi sebab bersatunya kaum Muhajirin Mekah dan kaum Anshar Madinah. Mereka hidup seperti layaknya saudara kandung. Saling membantu, tolong menolong, dan saling menghargai. Kaum Muslimin menjadi lebih kuat kedudukannya dan lebih maju peradabannya.

 

         Selama di Madinah, kaum Muslimin banyak mengalami peperangan yang disebabkan mereka mempertahankan diri dari serangan penduduk Mekah yang tak rela Islam berkembang dan lebih maju di Madinah. Sebagian besar dari peperangan yang terjadi dimenangkan kaum Muslim. Dalam peperangan , maupun dalam memperlakukan tawanan, Nabi Muhammad SAW terkenak sebagai orang yang paling baik perlakuannya, sehingga musuhpun mengaguminya.

 

            Menjelang akhir misi beliau, kota Mekah dapat ditundukkan tanpa kekuatan senjata. Seluruh penduduk Mekah tunduk kepada nabi karena melihat wibawa nabi dan kaum Muslimin saat itu. Tak terkecuali Abu Sufyan, seorang tokoh Mekah yang sangat memusuhi beliau. Abu Sufyan menyatakan keislamannya saat itu juga. Dengan takluknya kota Mekah, sangat terbuka peluang bagi nabi untuk melaksanakan balas dendam terhadap orang-orang yang pernah menyakitinya. Namun, yang terjadi justru beliau memaafkan mereka, penduduk Mekah pun secara berbondong-bondong masuk agama Islam.

 

            Dengan ditaklukkannya kota Mekah tanpa peperangan dan balas dendam, jalinan kekeluargaan di Mekah menjadi tersambung kembali. Penduduk Mekah dan Madinah hidup rukun, penuh damai, dan kuat dibawah pimpinan Rasulullah SAW sesuai pesan beliau, ‘Janganlah kalian saling membenci, membelakangi, dan saling dengki, jadilah hamba Allah yang bersaudara!’ (H.R. Muttafaq ‘Alaihi).

 

c.     Pembawa Kemajuan Masyarakat

 

             Sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul menjalankan misi dari Allah SWT, penduduk Mekah khususnya dan bangsa Arab pada umumnya hidup dalam alam Jahiliah. Walaupun mereka memiliki ketrampilan dalam berniaga dan kepandaian dalam sastra, mereka tidak memiliki pandangan hidup yang benar. Akhlak (tingkah laku) mereka hampir menyerupai tingkah laku binatang, moral mereka hancur akibat penyelewengan-penyelewengan akidah dan mereka sendiri.

 

            Di belahan dunia lain, bangsa Romawi dan Persia telah menapaki kemajuan di berbagai bidang. Mereka telah jauh meninggalkan bangsa Arab. Dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW merubah bangsa Arab mulai dari keyakinan, kebiasaan yang buruk, system perdagangan yang curang, penindasan kaum yang lemah, kea rah bangsa yang beradab dan berfikir maju.

 

           Di zaman pemerintahan Khulafaurrasyidin dan dinasti-dinasti Islam berikutnya bangsa Arab tampil sebagai bangsa yang diperhitungkan di dunia. Kekuasaan Islam menyebar dan meluas ke berbagai penjuru dunia. Romawi dan Persia pun dapat ditaklukan. Para ahli ilmu di berbagai bidang bermunculan, misalnya di bidang agama, kedokteran, filsafat, arsitektur, seni, dan sebagainya. Kemajuan dicapai di berbagai bidang. Kekuasaan Islam pun mencapai puncak keemasannya di zaman Khalifah Abbasiyah yang bertempat di Irak (Bagdad).


Selasa, 21 Juli 2020

SUJUD TILAWAH DAN SUJUD SYUKUR

A). Sujud Tilawah

      a). Pengertian Sujud Tilawah

           Arti kata tilawah menurut bahasa adalah ”bacaan”.

           Sedangkan arti sujud tilawah  menurut istilah syara’ ialah sujud yang dilakukan

           pada saat membaca atau mendengar ayat-ayat sajdah dari Al-Qur’an.

 

      b). Hukum Melaksanakan  Sujud Tilawah

           Melaksanakan sujud tilawah hukumnya adalah sunnah dan bisa dikerjakan pada

           saat dalam keadaan sedang sholat maupun di luar sholat.

           Mendasar pada hadits Rasulullah SAW.  :

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ :كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

  يَقْرَأُعَلَيْنَاالْقُرْاَنَ، فَاِذَا مَرَّ بِالسَّجْدَةِ كَبَّرَ وَسَجَدَ وَسَجَدْنَا مَعَهُ.

"رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدَ بِسَنَدٍ فِيْهِ لِيْنٌ"

         Artinya :

         "Dari lbnu Umar RA. Beliau berkata :   pada waktu Nabi SAW. membaca Al-

           Qur’an kepada kita, ketika beliau membaca ayat "Assajdah" beliau bertakbir

           dan sujud, maka kami sujud bersamanya. (HR. Abu Dawud/dengan sanad yang lemah)

 

       c). Syarat-syarat Sujud Tilawah

            1. Suci dari hadats dan najis, (badan, pakaian maupun tempat)

2. Menutup aurat

3. Menghadap ke arah kiblat

4. Mendengar atau membaca ayat sajdah

 

       d). Rukun Sujud Tilawah

1. Niat

2. Takbir

3. Sujud

4. Duduk (sesudah sujud)

5. Salam

 

  e). Bacaan pada waktu sujud tilawah

سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِىْ خَلَقَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ

فَتَبَارَكَ اللهُ اَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ

Artinya:

“Aku bersujud pada Allah yang telah menciptakan dan membentuk diriku serta telah membukakan pendengaran dan penglihatanku dengan kekuasaan dan kekuatanNya. Maha benar Allah, Dialah sebaik-baik pencipta”.

       f). Fadlilah melaksanakan Sujud Tilawah

Keutamaan sujud tilawah yaitu akan terhindar dari gangguan syetan dan akan

mendapatkan surganya Alloh SWT.

            Sebagaimana sabda Rosululloh SAW :

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَاقَرَأَابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ

فَسَجَدَاِعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِى يَقُوْلُ: يَاوَيْلَتَااُمِرَابْنُ آدَمَ بِالسُّجُوْدِ فَسَجَدَ

فَلَهُ الْجَنَّةُ وَاُمِرْتُ بِالسُّجُوْدِ فَعَصَيْتُ فَلِيَ النَّارُ  "رواه مسلم"

            Artinya:

“Dari Abu Hurairah ra.: Nabi Saw bersabda: Apabila seorang membaca ayat sajadah lalu ia sujud, maka syaitan menghindar dan menangis serta berkata : Hai celakalah aku, ia diperintah bersujud dan sujud, maka untuknya surga. Sedangkan saya diperintah bersujud tetapi saya menolak, maka bagi saya neraka”. (HR. Muslim).

 

       g). Jumlah ayat-ayat sajdah didalam Al-Qur’an ada 15 ayat, yaitu  :

 1. QS. Al-A’raf  (7)   : 206

وَلَهُ يَسْجُدُوْنَ

 2. QS. Ar-Ra’d  (13)  :  15   

بِالْغُدُوِّوَاْلاصَالِ

 3. QS. An-Nahl  (16) :   49

وَهُمْ لاَيَسْتَكْبِرُوْنَ

 4. QS. Al-Isra  (17)   : 19

وَيَزِيْدُهُمْ خُسُوْعاً

 5. QS. Maryam  190 :    58

خَرُّوْاسُجَّدًاوَبُكِيًّا

 6. QS.  Al-Haj  (22)  :   18

اِنَّ اللهََ يَفْعَلُ مَا يَشَآءُ

 7. QS. Al-Haj  (22)   :   77    

لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

 8. QS. Al-Furqan(25):   60    

وَزَادَهُمْ نُفُوْرًا

 9. QS. An-Naml (27) :   26

رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ

10.QS. As-Sajdah (32):  15                

وَهُمْ لاَيَسْتَكْبِرُوْنَ

11.QS. Shaad (38)       :  24          

وَخَرَّرَاكِعًاوَّاَنَابَ

12.QS. Fushilat  (41)   :  38

وَهُمْ لاَ يَسْئَمُوْنَ

13.QS. An-Najm  (53) :  62   

فَاسْجُدُوْاِللهِ وَاعْبُدُوْا

14.QS. Al Insyiqaq(84):  21

لاَيَسْجُدُوْنَ

15. QS. Al ‘Alaq (96)  :  19

وَاسْجُدْوَاقْتَرِبْ

 

      h). Cara Melaksanakan Sujud Tilawah

1. Sujud tilawah di saat shalat

Jika mendengar atau membaca ayat sajdah dalam shalat, hendaklah sujud sekali     kemudian berdiri lagi untuk meneruskan bacaan ayat/surat tersebut.

    Apabila sholat dilaksanakan dengan berjama’ah maka makmum wajib meng-

    ikuti imam, artinya apabila ketika imam membaca ayat sajdah lalu imam ber-

    sujud, maka makmum wajib mengikuti sujud. Tetapi jika imam  tidak sujud,

    maka makmumpunn tidak boleh sujud.

2. Sujud tilawah di luar sholat

    a. Menghadap kiblat

    b. Niat

    c. Takbir

    d. Sujud satu kali ( mengucap bacaan sujud tilawat )

    e. Duduk

    f. Salam

B). Sujud Syukur

      a).  Pengertian Sujud Syukur

            Arti kata syukur menurut bahasa adalah ”berterima kasih”.

         Sedangkan pengertian sujud syukur  ialah sujud yang dilakukan apabila sese-

         orang memperoleh kenikmatan  dari Allah SWT. atau terhindar dari bahaya atau

         terhindar dari malapetaka.

                        Sujud ini adalah bukti dari seorang hamba yang bersyukur atau berterimakasih ke-

            pada Allah atas nikmat yang diterima.

            Hukum melakukan sujud syukur adalah sunnah,  sebagaimana firman Allah dalam Surat Ibrahim ayat 7 :

وَإذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئن شَكَرْتُمْ لَأَزيْدَنَّكُمْ وَلَئنْ كَفَرْتُمْ إنَّ عَذَابي لَشَديدُ

Artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih".

 

Rosululloh SAW. Bersabda  :

عَنْ أَبِى بَكْرَةَ اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيِهِ وَسَلَّمَ كَانَ اِذَااَتَاهُ اَمْرٌيَسُرُّهُ

اَوْبُشِّرَبِهِ خَرَّسَاجِدًا شُكْرًاِللهِ تَعَالَى (رواه ابوداود وابن ماجه والترمذى)

            Artinya:

“Dari Abi Bakrah, bahwa Nabi Saw apabila mendapatkan sesuatu yang disenangi atau diberi kabar gembira, segeralah tunduk dan bersujud sebagai tanda terima kasih kepada Allah Ta’ala”.(HR. Abu Dawud, Ibnu Majjah dan Tirmidzi).

 

 

b). Syarat dan Rukun sujud syukur

     Syarat dan rukun sujud syukur adalah sama dengan syarat dan rukun sujud tilawah. 

c). Bacaan pada waktu sujud syukur

Bacaan sujud syukur sama dengan sujud tilawah yaitu  :

سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِىْ خَلَقَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ  ........الخ

 

tetapi boleh juga bacaan yang lain, seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an  :

رَبِّ اَوْزِعْنِيْ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلىٰ وَالِدَيَّ وَاَنْ

اَعْمَلَ صَالِحًاتَرْضٰهُ وَاَدْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِيْ عِبَادِكَ الصّٰلِحِيْنَ(النمل : ۱٩)

Artinya:

“Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk selalu mensyukuri ni’mat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal shaleh yang Engkau ridhai dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu kedalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh" (An Naml: 19).

 

d).  Cara Melaksanakan Sujud  Syukur

             Sujud syukur dilakukan boleh tanpa berwudhu, sebab sujud ini dilakukan diluar

             salat. Namun tentunya lebih baik bila melakukan selahi suci ( berwudhu ) sekali-

             pun hal ini tidak termasuk sebagai syarat, karena sujud syukur lebih bersifat

             spontan atau segera.  

      Cara melakukan sujud syukur sama saja dengan sujud tilawah ketika diluar shalat,                                                       

      yakni :

    a. Menghadap kiblat

    b. Niat

    c. Takbir

    d. Sujud satu kali ( mengucap bacaan sujud syukur )

    e. Duduk

    f. Salam

 

e).  Beberapa contoh pelaksanaan sujud syukur

        Ada beberapa peristiwa yang menyebabkan Rosululloh SAW. dan para sahabat melakukan sujud syukur, diantaranya:

            a.  Rasulullah SAW. sujud syukur ketika menerima surat tentang masuk lslamnya

                 Hamadzan

b.  Ketika mendengar kematian Musailamah Al Kadzab (nabi palsu), Abu Bakar As-Shiddiq    melakukan sujud syukur.

c. Ali r.a. melakukan sujud syukur ketika menemukan mayat Dzat Tsudaryah diantara orang-orang Khawarij   yang tewas terbunuh.

d.  Kaab bin Malik sujud syukur ketika mendengar berita bahwa taubatnya diterima Allah SWT.   

 

f). Hikmah Sujud Syukur

Apabila sujud syukur dilakukan kesungguhan dan keikhlasan hati, kita dapat memetik beberapa hikmah sebagai berikut :

a.       memperoleh kepuasan batin berkaitan dengan anugerah yang duterima dari Allah swt

b.    merasa dekat hubungannya dengan Allah swt sehingga memperoleh bimbingan hidayah-Nya

  c.   memperoleh tambahan nikmat dari Allah swt dan selamat dari siksa api neraka 

 

      g). Persamaan dan perbedaan antara sujud tilawah dan sujud syukur

           Persamaannya:

           Pelaksanaan sujud tilawah maupun sujud syukur hanya dilakukan sekali sujud

               

           Perbedaannya:

           - Sulud tilawah dapat dilakukan di saat shalat maupun di luar shalat, sedangkan

              sujud syukur hanya dilakukan di luar shalat dan tidak boleh melakukan sujud

              syukur di saat shalat.

           - Sujud tilawah dilakukan karena mendengar atau membaca ayat-ayat sajdah,

              sedangkan sujud syukur dikerjakan karena mendapat nikmat dari Alloh SWT   

              atau karena terhindar dari bahaya.