Minggu, 06 September 2020

HIJRAH NABI DI MADINAH

 1.      Sebab Nabi Muhammad melakukan hijrah Ke Madinah

Ketika menerima ayat  94, surah Al hijr,Nabi Muhammad mulai berdakwah secara terang-terangan. Dakwahnya mendapat respon keras dari kaum kafir Quraisy. Para pemimpin Quraisy menggunakan berbagai cara untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad, namun selalu gagal, baik secara diplomatik, tawaran, dan kekerasan fisik. 

Siksaan dan penganiayaan ataupun teror dilakukan pada umat Islam, dan puncaknya ketika kaum kafir Quraisy melakukan pemboikotan selama 3 tahun kepada Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya di bidang ekonomi, sosial dan kemasyarakatan.

Ancaman dari Kafir Quraisy semakin keras setelah Nabi Muhammad saw kehilangan Abu Thalib dan Siti Khadijah.  Pemimpin Quraisy terang-terangan menantang Nabi Muhammad karena menganggap kebangkitan Islam identik dengan kehancuran posisi sosial mereka. Kebangsawanan mereka akan hilang dan hancur karena Islam mengajarkan persamaan derajat manusia. Sistem kepemimpinan bangsawan tidak ada di Yasrib (Madinah). Hal ini juga yang menyebabkan Nabi Muhammad melakukan hijrah ke Madinah. Hijrah dianggap sebagai alternatif perjuangan untuk menegakkan ajaran Islam.

Selain itu, ada beberapa faktor yang mendorong Nabi Muhammad saw. memilih Yatsrib sebagai tempat hijrah umat Islam. Faktor-faktornya antara lain:

a.   Yatsrib adalah tempat yang paling dekat.

b.   Sebelum diangkat menjadi nabi, beliau telah mempunyai hubungan baik dengan penduduk kota tersebut. Hubungan itu berupa ikatan persaudaraan karena kakek Nabi,  Abdul Mutholib beristerikan orang Yatsrib. Di samping itu, ayahnya dimakamkan di sana.

c.   Penduduk Yatsrib sudah dikenal Nabi karena kelembutan budi pekerti dan sifat-sifatnya yang baik.

d.   Hijrah merupakan keharusan selain karena perintah Allah swt.

 

2.      Madinah Tujuan Hijrahnya Rasulullah SAW

 

 Setelah peristiwa hijrah, keadaan kaum Muslimin di Madinah jauh lebih baik bila dibandingkan dengan keadaan mereka sebelumnya saat berada di Mekkah. Para pemeluk agama Islam semakin hari semakin bertambah banyak. Demikian pula taraf hidup dan kemampuan ekonomi kaum Muhajirin khususnya yang sudah menetap di Madinah semakin meningkat. Mereka berangsur-angsur dapat hidup mandiri berkat penataan kegiatan ekonomi dan perdagangan yang langsung dipimpin  oleh Nabi Muhammad SAW. Dari sini kita dapat mengambil pelajaran (ibrah)dari usaha-usaha Nabi Muhammad dalam membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan, antara lain :

1)       Ekonomi merupakan sektor yang sangat penting dalam menopang kehidupan manusia

2)       Ajaran Islam menuntut pada umatnya agar mampu hidup mandiri

3)       Dalam menjalankan kegiatan ekonomi, perlu diperhatikan aspek untuk menyejahterakan kehidupan bersama, keadilan dan kejujuran

4)       Usaha-usaha di bidang perekonomian yang telah dijalankan oleh Rasulullah SAW di Madinah, menjadi bekal untuk memimpin

 

3.      Sebab Nabi Muhammad melakukan hijrah Ke Madinah

Ketika menerima ayat  94, surah Al hijr,Nabi Muhammad mulai berdakwah secara terang-terangan. Dakwahnya mendapat respon keras dari kaum kafir Quraisy. Para pemimpin Quraisy menggunakan berbagai cara untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad, namun selalu gagal, baik secara diplomatik, tawaran, dan kekerasan fisik. 

Siksaan dan penganiayaan ataupun teror dilakukan pada umat Islam, dan puncaknya ketika kaum kafir Quraisy melakukan pemboikotan selama 3 tahun kepada Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya di bidang ekonomi, sosial dan kemasyarakatan.

Ancaman dari Kafir Quraisy semakin keras setelah Nabi Muhammad saw kehilangan Abu Thalib dan Siti Khadijah.  Pemimpin Quraisy terang-terangan menantang Nabi Muhammad karena menganggap kebangkitan Islam identik dengan kehancuran posisi sosial mereka. Kebangsawanan mereka akan hilang dan hancur karena Islam mengajarkan persamaan derajat manusia. Sistem kepemimpinan bangsawan tidak ada di Yasrib (Madinah). Hal ini juga yang menyebabkan Nabi Muhammad melakukan hijrah ke Madinah. Hijrah dianggap sebagai alternatif perjuangan untuk menegakkan ajaran Islam.

Selain itu, ada beberapa faktor yang mendorong Nabi Muhammad saw. memilih Yatsrib sebagai tempat hijrah umat Islam. Faktor-faktornya antara lain:

e.   Yatsrib adalah tempat yang paling dekat.

f.     Sebelum diangkat menjadi nabi, beliau telah mempunyai hubungan baik dengan penduduk kota tersebut. Hubungan itu berupa ikatan persaudaraan karena kakek Nabi,  Abdul Mutholib beristerikan orang Yatsrib. Di samping itu, ayahnya dimakamkan di sana.

g.   Penduduk Yatsrib sudah dikenal Nabi karena kelembutan budi pekerti dan sifat-sifatnya yang baik.

h.   Hijrah merupakan keharusan selain karena perintah Allah swt.

 

4.      Reaksi Kafir Quraisy terhadap Hijrah Nabi Muhammad ke Madinah

Ketika Kafir  Quraisy mengetahui adanya perjanjian antara nabi dan orang-orang yasrib,  mereka semakin keras menyiksa Umat Islam. Hal ini membuat nabi segera memerintahkan umat Islam untuk hijrah ke Yasrib. Dalam waktu dua bulan, hampir semua umat Islam kurang lebih 150 orang, telah meninggalkan kota Makkah. Hanya Ali dan Abu Bakar tetap tinggal di Makkah bersama nabi.

Mereka memutuskan sikap terhadap Nabi Muhammad saw yang masih berdiam di Mekkah dengan memilih satu diantara tiga cara:

a.       membiarkan beliau sampai hijrah ke Madinah dengan sendirinya. 

b.       memenjarakannya.

c.       membunuhnya.

Pada awalnya mereka memutuskan untuk membiarkan Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah.  Tapi keputusan ini tidak akan dapat memecahkan masalah. Karena kepergian Nabi Muhammad saw dari Mekkah boleh jadi akan menyiapkan kubu Yatsrib (Madinah) untuk memerangi mereka. Jika mereka memilih kedua yaitu memenjarakannya, akan memicu Umat Islam  untuk membebaskannya.

Pada saat itulah, Nabi Muhammad mendapat perintah untuk hijrah. Beliau keluar dari rumah  secara diam-diam. Berbagai usaha kafir Quraisy untuk mencegah Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah. Pada akhirnya usaha mereka tidak mendapatkan hasil. Akhirnya, Nabi Muhammad saw samapai ke Madinah dengan selamat.

Setelah Nabi Muhammad saw meniinggalkan Makkah, kafir Quraisy tidak menyiksa keluarganya karena 2 alasan:

1)       Ketika kafir Quraisy  mengetahui bahwa nabi Muhammad saw telah keluar dari Mekkah dan rencana mereka telah gagal, mereka menyeret Ali bin Abi Thalib  ke Masjid al-Haram. Mereka baru membebaskan Imam Ali as setelah menghajarnya

2)       Tujuan kafir Quraisy hanya satu, yaitu membunuh Nabi Muhammad saw. Karena mereka menganggap bahwa  satu-satunya cara memadamkan Islam adalah dengan membunuh nabi saw. Karena itu, mereka tidak ada urusan dengan orang lain dan mereka tidak mau bentrok dengan orang lain selain nabi Muhammad saw.

Sedangkan alasan kafir Quraisy tidak menyiksa Umat Islam setelah nabi saw hijrah adalah:

a.   Mayoritas Umat Islam  telah hijrah sebelum Rasulullahsaw. Karena penyebab utama rencana pembunuhan Rasulullah saw karena hijrah besar-besaran yang dilakukan umat Islam  ke Madinah dan tersebarnya Islam di kota tersebut.

b.   Umat Islam  yang berasal dari Mekkah (Quraisy) memiliki sanak saudara dan kerabat di Mekkah. Hubungan kekerabatan menjadi penghalang mereka menggangu dan menyakiti umat Islam. Kafir Quraisy takut terhadap suku dan kabilah seorang Muslim, mereka menghindar untuk tidak menyakitinya.

 

5.      Proses Hijrah Nabi Muhammad Ke Madinah

Umat Islam di Makkah mayoritas telah hijrah ke Madinah, kecuali Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib. Keduanya menemani Nabi Muhammad saw sampai mendapat perintah dari Allah swt untuk berhijrah ke Madinah. Adapun proses hijrah nabi Muhammad dengan langkah-langkah sebagai berikut:

 

a.    Ali Menggantikan Nabi Muhammad di tempat tidurnya

Kafir Quraisy berencana membunuh Muhammad untuk mencegah nabi saw hijrah ke Madinah. Sebelum turun perintah hijrah, nabi Muhammad sudah meminta Abu Bakar untuk menemaninya.Ketika turun perintah hijrah dari Allah SWT, Nabi Muhammad saw dan  Abu Bakar meninggalkan Makkah secara diam-diam.

Pada malam akan hijrah,  Nabi Muhammad meminta Ali bin Abi Talib untuk memakai mantelnya dan berbaring di tempat tidurnya. Nabi Muhammad saw berpesan kepada Ali bin Abi Thalib, setelah Nabi hijrah, untuk tinggal dulu di Mekah

 

b.   Gua Tsur

Nabi Muhammad dan Abu Bakar pergi ke Madinah melalui arah selatan dalam rangka mengelabui kafir Quraisy. Mereka berdua menetap di dalam gua Tsur pada hari Jum’at, Sabtu, dan Ahad. Selama berada di gua Tsur, Nabi Muhammad telah merencakan secara matang untuk mengamankan proses hijrahnya, antara lain:

1)   Abdullah bin Abu Bakar mendatangi gua setiap malam dan menyampaikan berita tentang rencana dan kegiatan kafir Quraisy. Sebelum fajar ia sudah kembali ke Makkah sehingga seolah-olah ia selalu berada di Makkah.

2)   Amar bin Fuhairah menggiring domba-domba gembalaannya ke dalam gua pada malam hari sehingga Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar bisa minum susu domba. Amar menggiring kembali domba-dombanya ke Makkah sebelum fajar setelah Abdullah bin Abu Bakar kembali ke Makkah, agar jejak kaki Abdullah terhapus oleh jejak domba-domba itu.

3)   Abdullah bin Ariqat Laitsi, seorang kafir yang dapat dipercaya dan bekerja sebagai pemandu yang diupah oleh Abu Bakar datang ke gua Tsur, setelah hari ke-tiga, membawa dua ekor onta.

4)   Pada waktu itu Abu Bakar menawarkan satu dari unta itu kepada Nabi saw sebagai hadiah. Namun beliau (SAW) memaksa membeli unta itu. Abu Bakar (RA) pun akhirnya bersedia menerima pembayaran sebesar empat ratus dirham. Unta dikenal sebagai unta Nabi saw  yang dinamai Quswa.

5)   Dengan dipandu oleh Abdullah bin Ariqat, mereka berdua memulai perjalanan menuju Madinah. Amar juga menyertai perjalanan mereka.

 

c.    Suraqa

Ketika itu Quraisy mengadakan sayembara dengan hadiah seratus ekor unta bagi orang yang dapat menyerahkan Nabi Muhammad saw. Ketika terdengar kabar bahwa ada rombongan tiga orang sedang dalam perjalanan, mereka yakin itu adalah Muhammad dan sahabatnya. Suraqa b. Malik b. Ju’syum, salah seorang dari Quraisy, juga ingin memperoleh hadiah seratus ekor unta. Suraqah mengendarai kuda yang cepat, sehingga ia bisa mengejar rombongan hijrah Nabi SAW tersebut dan jaraknya semakin dekat.

Setelah jarak makin dekat, tiba-tiba kuda Suraqah terjerembab jatuh, Nabi SAW terus saja berjalan tanpa memperdulikan Suraqah yang mengejarnya. Setelah berhasil mendekati lagi, Suraqah menyiapkan anak panahnya, tetapi lagi-lagi kudanya terjerembab, sementara Nabi SAW terus berjalan. Masih juga penasaran, setelah berhasil membebaskan kudanya, ia mengejar lagi, tetapi untuk ketiga kalinya, kudanya terjerembab dan kali ini diikuti dengan debu yang bertaburan di udara. Sadarlah Suraqah bahwa orang yang dikejarnya bukanlah orang sembarangan.

Setelah berhasil membebaskan kudanya dan tidak ada lagi niat untuk menangkap atau membunuh Nabi SAW, ia berhasil mendekati rombongan beliau dan memanggilnya. Setelah berhadapan dengan Nabi SAW, ia meminta maaf dan memohon untuk tidak diapa-apakan. Ia juga menawarkan untuk memberikan perbekalan yang dibawanya. Nabi SAW memaafkannya tetapi menolak pemberiannya.

 

b.   Masjid Quba'

Setelah menempuh perjalanan 7 hari, Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar sampai di Quba’, sebuah desa yang terletak dua mil di selatan Madinah. Beliau membangun Masjid dan merupakan Masjid pertama dalam sejarah Islam. Beliau tinggal di Quba’ selama empat hari. Pada Jum’at pagi beliau berangkat dari Quba’ menuju ke Madinah. Ketika sampai di perkampungan Bani Salim bin Auf,  waktu shalat Jum’at tiba. Nabi Muhammad melaksanakan shalat jumat disana. Inilah Jum’at dan khutbah yang pertama dalam Islam.

 

c.    Tiba di Madinah

Setelah sampai di Madinah, program pertama beliau adalah menentukan tempat di mana akan dibangun Masjid. Beliau melepaskan untanya dan menetapkan tempat berhenti untanya sebagai masjid. Ternyata untanya berhenti di tanah milik dua orang anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail.  Nabi saw  minta keduanya untuk menjual tanahnya. Namun keduanya ingin memberikan tanahnya sebagai hadiah. Tapi Nabi saw tetap ingin membayar harga tanah itu sebesar sepuluh dinar.

Nabi Muhammad saw tinggal di rumah Abu Ayyub al Anshari sampai selesai pembangunan Masjid Nabawi dan tempat tinggal beliau. Seluruh sahabat bersama Nabi sawikut membangun Masjid Nabawi, sebagaimana mereka melakukan bersama-sama dalam pembangunan Masjid Quba’.

Beberapa hari kemudian, istri Nabi (SAW); Saudah (RA); dua putri beliau Fatimah (RA) and Ummu Kulsum (RA), Usamah bin Zaid (RA), ‘Aisyah (RA) dan Ummu Aiman (RA) juga menyusul hijrah ke Madinah dibawah kawalan Abdullah bin Abu Bakar (RA). Adapun putri beliau seorang lagi, Zainab (RA), baru diijinkan hijrah ke Madinah setelah terjadi peperangan Badar.

KONDISI MADINAH SEBELUM ISLAM

 1.      Kepercayaan Masyarakat Madinah Sebelum Islam

Sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw, kota Madinah dikenal dengan nama Yatsrib. Penduduk kota Yatsrib terdiri dari etnis Arab, baik dari Arab Selatan maupun Utara, juga ada yang berasal dari etnis Yahudi. Penduduknya telah memiliki kepercayaan dan agama. Agama yang dianut penduduk Yatrib adalah Yahudi, Nasrani dan Pagan. Mayoritas penduduknya memeluk agama Yahudi. Agama Yahudi dianut oleh beberapa suku, antara lain Bani Qainuqa, Bani Nadhir, Bani Gathafan, Bani Quraidlah. Keempat suku ini tetap memeluk agama Yahudi walaupun Islam telah tersebar di Madinah. Kebanyakan mereka bekerjasama dengan kafir Quraisy  untuk mengusir dan membunuh nabi Muhammad saw. Akibat menentang Islam, Nabi Muhammad mengusir mereka dari kota Madinah. Sehingga Madinah bersih dari bangsa yahudi.

Sebagian kecil Penduduk Yasrib ada yang tidak memeluk agama yahudi maupun nasrani. Mereka mengikuti kenyakinan orang Quraisy dan Penduduk Mekkah. Mereka memandang kaum Quraisy sebagai penjaga Rumah Allah, sebagai pemimpin-pemimpin Agama, serta sebagai panutan dalam beribadah. Agama mereka dikenal dengan paganisme yaitu kepercayaan kepada benda-benda, dan kekuatan-kekuatan alam, seperti matahari, bintang-bintang, bulan, dan sebagainya.

 

2.      Kondisi Sosial Masyarakat Madinah Sebelum Islam

Keadaan sosial masyarakat Yatsrib sebelum kedatangan Nabi Muhammad Saw. memiliki beberapa kemiripan dengan keadaan di Makkah. Suku-suku dan kelompok masyarakat yang tinggal di sana berperang satu sama lain. Yasrib memiliki dua kebudayaan yaitu kebudayaan Arab dan Yahudi. Kedua kebudayaan tersebut jelas memiliki tradisi yang berbeda. Sekalipun terdapat orang-orang Arab yang memeluk Yahudi dan terjadi hubungan perkawinan diantara mereka, tapi sikap dan pola hidup bangsa Yahudi dan Arab  berbeda.

Kabilah-kabilah yang berada di Yasrib (Madinah) antara lain:

a.       Kabilah Aus dan Kharzaj

Nama “Aus” dan “Khazraj” berasal dari nama dua orang laki-laki kakak beradik. Mereka berasal dari salah satu kabilah di Arab Selatan. Kabilah Aus menempati wilayah dataran tinggi di selatan dan timur. Kabilah Khazraj tinggal menempati wilayah dataran rendah di tengah utara Madinah. Kabilah Aus mendiami wilayah-wilayah pertanian yang kaya di Madinah. Sedangkan kabilah Khazraj mendiami wilayah-wilayah yang kurang subur.

 

b.       Kabilah Yahudi

Di Madinah, Bangsa Yahudi terdiri dari 3 kabilah besar yaitu, Qainuqa, nadhir, dan Quraizhah. Jumlah laki-lakinya yang sudah baligh mencapai lebih dari dua ribu orang. laki-laki di kabilah Qainuqa’ yang biasa berperang mencapai tujuh ratus orang. Bani Nadhir mencapai tujuh ratusan orang yang terbiasa perang. Sedangkan laki-laki dari Bani Quraizhah antara tujuh ratus hingga sembilan ratus orang.

 

3.      Kondisi Ekonomi Masyarakat Madinah Sebelum Islam

Yasrib berbeda dengan Kota Mekkahdi kondisi alam dan watak penduduknya. Yastrib merupakan kota yang makmur dan subur dengan pertaniannya. Air yang tersedia di kota ini mencukupi untuk membangun pertanian. Kota ini dikelilingi oleh gunung berbatu. Sebagai pusat pertanian,  kota Yasrib menjadi menarik bagi penduduk wilayah lain untuk pindah ke Yatsrib.

Di kota Yasrib (Madinah) terdapat beberapa pabrik yang sebagian besar dikelola oleh orang- orang yahudi. Bani Qainuqa’ adalah kabilah yahudi terkaya di Madinah, meski jumlah mereka tidak banyak. Di Madinah terdapat banyak pasar, yang terkenal pasar bani Qainuqa’.

 

4.      Kondisi Politik Masyarakat Madinah

Yasrib tidak menerapkan model pemerintahan seperti kerajaan yang mengatur kehidupan masyarakatnya. Kekuasaan berada di tangan suku-suku atau kelompok tertentu, bergantung kepada siapa yang paling kuat diantara mereka. Perang antar suku dan kelompok sering terjadi.

Suku yang pertama kali tinggal dan menguasai Yasrib adalah  suku Amaliqoh. Mereka membangun perkampungan dan peradaban. Kemudian, bangsa Yahudi datang ke Madinah dan akhirnya menguasai Madinah setelah menaklukan suku Amaliqoh.

Bangsa Yahudi yang terdiri dari Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan Bani Qainuqa sudah bisa membangun sebuah peradaban dengan membuat benteng-benteng untuk berlindung dari serangan arab badui. Mereka disebutkan sebagai kelompok yang paling makmur dan berbudaya. Oleh karena itu, jelaslah bahwa sebelum kedatangan orang-orang Arab, Madinah sepenuhnya dikuasai oleh orang-orang Yahudi, baik secara ekonomi, politik, maupun intelektual.

Di Samping perebutan kekuasaan di antara 3 kabilah tersebut,  konflik muncul karena adanya perbedaan agama. Kabilah Aus dan kabilah Khazraj memeluk  agama watsani (menyembah berhala), agama yang tersebar di Memmah. Sedangkan bangsa Yahudi sebagai  Ahlul Kitab(penganut al-Kitab) mempercayai keesaan Tuhan (monoteisme). Oleh karena itu, orang-orang Yahudi sangat mencela suku  Aus dan Khazraj yang dipandangnya sebagai kaum kafir.

Keadaan ini menyebabkan Kabilah Aus dan Khazraj  lebih mudah memahami ajaran agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. Karena itu, Orang-orang Yasrib (Madinah) mudah  mengerti  dan memahami ajaran-ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad, karena ajaran itu menyerupai ajaran-ajaran yang telah mereka dengar dari orang-orang Yahudi. Salah satunya mengenai akan datangnya seorang Nabi baru. Karena itu, ketika mereka mendengar berita tentang adanya seorang Nabi di Makkah, yaitu Nabi Muhammad, mereka dengan cepat menanggapi dan  mempercayainya.

Dengan alasan itu pula, kemudian mereka meminta Nabi Muhammad untuk pindah (hijrah) ke kota Yasrib dan menjadi pemimpin bagi kedua kabilah di Yasrib